Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Halal bi Halal Mahasiswa Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah Diniyah dengan Pengelola Pascasarjana

Halal bi halal atau saling bermaaf-maafan lazim dilakukan umat Islam saat Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Dewasa ini, halal bi halal pun digelar semakin masif dan semarak. Tidak hanya dilakukan kalangan pesantren namun juga merambah berbagai masyarakat. Namun, dalam budaya akademik peserta program peningkatan kualifikasi pendidikan guru Madrasah Diniyah Program Magister Prodi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Ponorogo tradisi halal bi halal pun berubah dari sekadar bersalam-salaman, kini dikolaborasikan dengan kegiatan ilmiah, yaitu penguatan literasi. Meski demikian, tradisi yang merupakan khas kaum Muslim di Indonesia tiap momen Idul Fitri tidak mengurangi arti dari halal bi halal, saling memaafkan.

Pada abad 21, kemajuan teknologi bergerak pesat, negara memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki tiga pilar penting: literasi, kompetensi, dan karakter. Literasi bukan hanya soal baca tulis saja tetapi mencakup literasi sains, teknologi informasi, dan finansial. Dalam pengertian terbatas, literasi dimaknai dengan membaca dan menulis. Akan tetapi dalam konteks yang lebih luas, literasi mengandung makna kegiatan melihat, membaca, menyimak, berbicara dan mencipta. Pada gilirannya, apa yang dilihat, dibaca, disimak dan dibicarakan akan dapat menghasilkan sesuatu tulisan yang disebut dengan kegiatan menulis. Unsur kegiatan dalam literasi akan menghasilkan seseorang untuk kreatif, berpikir kritis, berkomunikasi, dan bekerja sama. Unsur kegiatan literasi juga akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengakses, memahami, dan menggunakan berbagai informasi yang bermanfaat bagi diri maupun orang lain.

Di dunia pendidikan, perubahan zaman yang super cepat mengharuskan guru mampu menyesuaikan zaman agar bisa menjawab tantangan zaman. Guru dituntut paham dan menguasai literasi baru yang bukan sekadar kemampuan membaca, menulis dan berhitung saja tetapi menekankan pengetahuan berbasis data, teknologi, dan humanisme. Jika dulu guru menggunakan sistem manual, saat ini harus serba siber, seperti e-library (perpustakaan digital), e-learning (pembelajaran digital), e-book (buku online), dan lainnya. Gaya mengajar guru pun bergeser dari teacher center ke student center yang tentu dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Guru Madrasah perlu selalu diupdate kemampuan literasinya. Untuk tujuan tersebut, para guru madrasah yang tergabung dalam program bantuan beasiswa prningkatan kualifikasi S2 guru Madin Pemprov Jawa Timur bekerja sama dengan Pascasarjana IAIN Ponorogo mengikuti kegiatan penguatan literasi bagi guru Madin yang dikemas dalam kegiatan halal bi halal sempena hari raya idul fitri 1442 H di aula Pascasarjana IAIN Ponorogo. Dalam kesempatan ini mereka mendalami teori dan praktik menulis dan submit naskah jurnal secara online sesuai perkembangan teknologi informasi jurnal yang berlaku. Para guru Madin ini juga dikenalkan dengan OJS (Open Journal Systems).

Lukman Hakim, redaktur Jurnal Muslim Herritage Pascasarjana IAIN Ponorogo dalam orientasinya menjelaskan OJS adalah aplikasi perangkat lunak sumber terbuka untuk mengelola dan menerbitkan jurnal ilmiah secara daring dengan penelaahan sejawat yang dikembangkan oleh Public Knowledge Project (PKP) dan dirilis di bawah Lisensi Publik Umum GNU. PKP mengembangkan OJS untuk meningkatkan akses penelitian, meningkatkan jumlah pembaca jurnal, dan kontribusinya bagi kepentingan publik dalam skala global. OJS adalah platform penerbitan jurnal sumber terbuka yang paling banyak digunakan, dengan lebih dari 10.000 jurnal menggunakannya di seluruh dunia. Hal ini diperkuat oleh Wahid Hariyanto dan Anis Afifah, Redaktur Jurnal Excelensia, bahwa OJS dirancang untuk memfasilitasi pengelolaan penerbitan akses terbuka jurnal ilmiah melalui penelaahan sejawat dan menyediakan infrastruktur teknis, tidak hanya untuk presentasi daring artikel jurnal ilmiah, tetapi juga seluruh alur kerja manajemen editorial, termasuk pengiriman artikel, penelaahan, penyuntingan, dan pengindeksan. OJS mengakomodasi peran beserta hak aksesnya dalam penerbitan jurnal, seperti manajer jurnal, editor, penelaah, penyunting, penulis, dan pembaca.

Di samping melek literasi, tukas Dr. Miftahul Huda saat menyampaikan kata sambutan Direktur, guru madrasah juga harus meniru spirit luhur tokoh-tokoh literat seperti Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Gus Dur, juga BJ Habibie. Mereka membaca-menulis sepanjang hidupnya. Walaupun hidup di tengah keterbatasan, mereka mampu memerdekakan bangsanya. Pada era ini, semangat literasi banyak digalakkan dalam dunia pendidikan dengan berbagai program seperti Gerakan Indonesia Membaca (GIM), Gerakan Literasi Bangsa (GLB), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), bahkan sudah banyak universitas yang membuat program Kuliah Kerja Nyata yang fokus dalam literasi dengan bekerja sama dengan pemkot/pemkab. Karena itu, guru madrasah yang bernafaskan literasi akan sanggup menjangkau empat kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru harus pro aktif melakukan berbagai pelatihan online yang selalu berkelanjutan. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan oleh guru madrasah. “Don’t stop Reading, Don’t stop Learning! and Don’t stop Writing !” Guru bernapaskan literasi sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Qoyyidu al-‘ilma bi al-kitab” artinya “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Albert Einstein juga pernah mengatakan “Tidak ada manusia yang tidak butuh belajar, sekalipun dia dekat dengan kematiannya.”

Berita Terkait